Hidup harus terus berjalan Vs pengadilan manusia
Juli 15, 2008 pukul 8:10 am | Ditulis dalam Diskusi | 33 KomentarSetiap orang yang pernah kehilangan seseorang menginginkan balas dendam, bahkan pada Tuhan jika tak mereka tak menemukan orang lain untuk disalahkan. Tapi di Afrika, Suku Ku percaya bahwa satu-satunya cara mengakhiri kesedihan adalah dengan menyelamatkan nyawa. Jika ada seseorang yang dibunuh, masa setahun berkabung diakhiri dengan ritual yang disebut Pengadilan Penenggelaman. Pesta semalam suntuk diadakan di pinggir sungai. Saat fajar, si pembunuh dinaikkan ke atas perahu, diikat supaya tidak bisa berenang, dan perahu ditenggelamkan. Keluarga korban yang dibunuh harus memilih, mereka bisa membiarkannya tenggelam atau menyelamatkannya. Suku Ku percaya bahwa jika keluarga itu membiarkan si pembunuh tenggelam maka mereka telah mendapatkan keadilan tapi sisa hidup mereka dihabiskan dalam kedukaan. Tapi jika mereka menyelamatkannya, jika mereka mengakui bahwa hidup tidaklah selalu adil… tindakan itu dapat menghilangkan penderitaan mereka. (diterjemahkan dari sini).
Pilihannya ada pada diri masing-masing. Tapi ketika kapal itu kini sudah tenggelam, bersama si pembunuh di dalamnya. Apa itu berarti kita harus menghabiskan sisa umur dalam duka ? Ketika kapal tenggelam tak sanggup kita cegah, apakah maaf juga terlalu susah untuk diberikan ?
Jodoh, mati, senang, celaka (baca dalam Bahasa Sunda = jodo, pati, bagja, cilaka) semuanya adalah kehendak Tuhan, manusia tidak seorangpun yang bisa mengaturnya.
Dan hidup memang tidaklah selalu adil, jadi biarkan pengadilan setelah kehidupan yang menghakimi, bukankah yang pergi tak akan kembali ?
# Selamat hari Selasa teman-teman, cintailah hidup !
# Ilustrasi gambar dicopy tanpa ijin dari www.cartoonstock.com
33 Komentar »
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
Tinggalkan Balasan ke ubadbmarko Batalkan balasan
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.
life is not fair, indeed…cuma Tuhan yang Maha Adil…
# akur…..kang … !
Comment by fistonista— Juli 15, 2008 #
Setuju. Dendam itu sebenarnya berasal dari setan yang akan membentuk lingkaran yang tak pernah habisnya. Cara menghilangkan dendam paling baik adalah dengan memberikan maaf.
# setuju juga Kang…..
Comment by Rafki RS— Juli 15, 2008 #
jadi ingat nonton berita kemarin, ada beberapa terdakwa yang sudah disiapkan akan dihukum mati. padahal, ada yang telah dipenjara cukup lama. hak untuk hidup tak ada lagi karena keputusan pengadilan telah menetapkan hukum mati.
# yah, pengadilan manusia sudah menetapkan seperti itu…..
Comment by Eriek— Juli 15, 2008 #
urip sakdermo ngelakoni
# hidup hanya sekedar melakoni……, seperti wayang mati hidup bagaimana dalangnya ya Kang ?
Comment by sluman slumun slamet— Juli 15, 2008 #
Kita harus ingat bahwa hakim tertinggi di dunia ini adalah Tuhan, setiap perbuatan pasti ada pahalanya.
# pasti itu Kang, bukan isapan jempol, kita tunggu pembuktiannya……
Comment by imcw— Juli 15, 2008 #
setuju , nyang pergi biarlah pergi , jaga saja nyang masih ada
# tapi….kalau yang ditinggal masih mempunyai kepenasaran gimana Kang ? kan nggak semua dapat menerima ?
Comment by realylife— Juli 15, 2008 #
Barulah kini saya bisa bersyukur jadi warga negara Indonesia, bukan dilahirkan di Afrika sana.
# hehehe…….. 🙂
Comment by ubadbmarko— Juli 15, 2008 #
LIFE IS STRUGGLE MAS
# wah, ternyata sudah pernah dibahas Kang Okta yah, saya menuju ke sana juga deh…..
Comment by okta sihotang— Juli 15, 2008 #
selama kita bisa memberikan usaha dalam hidup, why not?
ada doa ada ikhtiar, ada takdir.. semuanya seiring berjalan.
# akur Kang…… 🙂
Comment by aRuL— Juli 15, 2008 #
pilihan yang sama2 sulit, mas suryo. tapi karena sudah menjadi sebuah keyakinan dsan kerpercayaan, maka keluarga korbanlah yang menjadi penentu pilihan itu.
Comment by Sawali Tuhusetya— Juli 16, 2008 #
Assalamu’alaikum.
nice posting mas yoyo…..
btw, post di blog sy…itu ttg 4 taon yg lalu…hehe 😀
# terima kasih Kang Alex, mohon maaf maklum jarang berkunjung ke sana, kirain beneran besok 🙂
Comment by Alex— Juli 16, 2008 #
Ya… itulah….. yang paling merasakan kehilangan adalah keluarga korban, bukan pengadilan. Jikalau keluarga korban sudah memaafkan (dengan ikhlas tentu saja) tentu sangat naif dan sangat tidak bijaksana jikalau pengadilan masih menghukum apalagi dengan hukuman mati…..
Comment by Yari NK— Juli 16, 2008 #
“..Dan hidup memang tidaklah selalu adil…”
Hmm, keadilan buatan manusia memang tidak selalu bisa berjalan mulus…
Comment by Iis sugianti— Juli 16, 2008 #
Penuh Misteri, tapi harus dinikmati, yuk kita Hidup ! 🙂
salam
Comment by gungde— Juli 16, 2008 #
loh ? selamat hari rabu , , ,
Comment by bakhtiar— Juli 16, 2008 #
kata jikustik … tak ada yg abadi … jd nikmatin hidup dengan tenang dan damai
**komen ga nyambung yah**
Comment by masmoemet— Juli 16, 2008 #
Ah dendam memang tidak baik Mas…
Comment by chic— Juli 16, 2008 #
bagus tuh ritualnya dipake untuk menghukum koruptor=koruptor indonesia 😀 supaya takut lagi ngambil duit rakyat
Comment by Gelandangan— Juli 17, 2008 #
segala sesuatunya punya masanya sendiri sendiri… kalau memang sudah waktunya buat selesai dan berakhir, rasanya bukan masalah…
dendam pada Tuhan dalam beberapa hal banyak orang pernah, namun pada saat emosi sudah dikalahkan lagi oleh logika semuanya kembali dan yang ada tinggal sesal… semoga demikian…
Comment by natazya— Juli 17, 2008 #
Terlau banyak yang bisa diwakili oleh sebuah hidup yah, mungkin karena valuenya tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Comment by Welly— Juli 17, 2008 #
yup
cintailah hidup
semangat! 😀
Comment by achoey sang khilaf— Juli 18, 2008 #
ternyata kita ini amat kecil dihadapanNya…
Comment by tukangobatbersahaja— Juli 18, 2008 #
dan 2 hari yg lalu beberapa eksekusi mati dilaksanakan…
Comment by Adam Sundana WeBlog— Juli 20, 2008 #
keadilan yang benar2 adil memang sulit. Klo kita percaya sama yang di atas, biarkanlah Dia yang bekerja menentukan apa itu keadilan..
salam
Comment by proletarman— Juli 22, 2008 #
filosofinya bagus..
btw headernya gimana gitu.. sederhana tp gimana gitu..
suka liatnya tp gatau istilah untuk ngungkapin nya..
hmmm
Comment by julia— Juli 22, 2008 #
dalam, penuh makna… thanks pencerahannyah… hueheuheu… btw, persib eleh… huks huks… bobotoh ngerakeun deui… huaaaaaaaa
Comment by ichanx— Juli 23, 2008 #
itu lah okenya free-will. boleh seenaknya, tapi ga bole seenaknya. Enaknya jadi Tuhan, bisa bikin peraturan seenaknya…
Indiviiidu… individu merdekaaa!!!!
Comment by orangutanz— Juli 23, 2008 #
terkadang, untuk memberikan efek jera dan memberikan rasa keadilan, detebus dengan bayaran yang amat mahal.
Comment by ngodod— Juli 24, 2008 #
koment dlooo baru baca
Comment by Ronggo— Juli 24, 2008 #
Pilu
Comment by Wempi— Juli 27, 2008 #
Kita hidup untuk belajar menyeimbangkan yang selalu berpasangan [siang-malam, muda-tua, senang-sedih] terus memacu untuk selalu benar, bersih, taat dan untuk beribadah kepadanya. Setiap kehidupan pasti akan “ditunggangi dengan virus atau benalunya, bahkan rumput liar”. Dan hati kita lah yang bisa mengelola kehidupan kita. Kalau di hati kita subur dengan bibit dendam maka hidup kita akan penuh dengan kedendaman.
Comment by awan sundiawan— Agustus 2, 2008 #
yups, setuju mas..
umur, rejeki, jodoh smua dah di atur ma Allah
kita tinggal jalanin aja
Comment by zahroul aliyah— Agustus 16, 2008 #
Sebuah tata cara adat yang mengajarkan untuk ikhlas, walaupun itu juga menjadikan sebuah pilihan…
Comment by sapimoto— Agustus 27, 2008 #